KERUGIAN DAN KESIA-SIAAN

Esai Karya Ahmad Adhyatma, guru Sejarah MAN 2 Bulukumba

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr)

Dalam Surah Al ‘Ashr di atas sangat jelas penyampaiannya tentang orang-orang yang sebenarnya mengalami kerugian, kecuali 4 kriteria, yaitu orang yang beriman, mengamalkan ilmu, berdakwah di jalan Allah, dan orang-orang yang bersabar.

Terkhusus pada kriteria pertama bahwa orang yang beriman ini tidak terlepas dari ilmu (pengetahuan) itu sendiri. Keimanan ini tidak akan terwujud tanpa ilmu dan keimanan tersebut juga tidak akan sempurna jika tanpa ilmu. Dengan cara apa meninggikan keimanan? Yaitu dengan memperdalam keilmuan. Dengan cara apa memperdalam keilmuan? Yaitu dengan sedini mungkin memperkenalkan proses belajar.

Saya teringat lagu bugis tempo dulu, sering dilantunkan nenek, orang tua, dan guru saya, yaitu “Alama Sea-sea”. Entah siapa pencipta dan kapan lagu ini diciptakan.

Lagu di atas syarat makna kehidupan. Dalam setiap liriknya menceritakan bagaimana kesia-siaan yang dialami seseorang karena tidak memanfaatkan waktu kecilnya untuk belajar, sedangkan pada saat ada keinginan untuk belajar, sudah lambat dan susah untuk memahami karena pikiran yang telah bercabang ditambah dengan rasa malas.

“Baiccutamitu nawedding siseng.” Lirik ini menyampaikan kepada kita bahwa permulaan masa gemilang untuk belajar adalah pada masa kecil. Karena anak kecil laksana kertas putih kosong yang siap menerima coretan tinta pengetahuan.

“Narekko matoani masussani.” Lirik ini menyampaikan kepada kita bahwa ketika dewasa baru kita hendak memulai maka akan susah. Karena orang dewasa sudah memikirkan banyak hal seperti masalah karir, ekonomi, jodoh, dan banyak lagi bahan pikiran lainnya.

Sehingga dari dua hal tersebut di atas, dari dasar agama dan sosial budaya dapat menjadi pijakan untuk kita sebagai orang tua untuk tetap mengarahkan, memotivasi, mensupport, dan menyemangati segala proses belajar yang dilakukan anak-anak kita, termasuk mendukungnya untuk belajar salat, melaksanakan puasa secara penuh, mengantarnya mengaji, membantunya menghafal Al-Qur’an, hadis, dan doa-doa harian, serta tidak kompromi dan tidak melakukan pembiaran terhadap kemalasan anak kita dalam proses belajarnya.

Maka bagi kami pribadi, mengenalkan secara dini tentang agama dan ilmu pengetahuan kepada anak-anak kami adalah jalan agar tidak ada kerugian dan kesia-siaan yang mereka alami, menutupi kerugian dan kesia-siaan kami yang dulu pernah kami lalui. Muhasabah diri.

Bulukumba, 15 April 2021